Konflik Iran–Israel: AS Dorong Negosiasi Gencatan Senjata

29 Juni 2025Negosiasi gencatan senjata antara Iran dan Israel makin mendesak setelah Amerika Serikat mengambil peran aktif dalam operasi diplomatik. Fokus utama AS adalah mengamankan Selat Hormuz agar tetap terbuka dan menghindari eskalasi menjadi perang yang lebih luas dan berkepanjangan.

AS Ambil Peran Diplomatik Intensif untuk Gencatan Senjata

Amerika Serikat kini menjadi mediator utama dalam upaya negosiasi gencatan senjata antara Iran dan Israel. Inisiatif ini muncul karena kekhawatiran ekonomi global, terutama potensi penutupan Selat Hormuz yang bisa mengganggu pasokan minyak dunia. Selama akhir Juni, AS meningkatkan tekanan diplomatik kepada kedua pemimpin negara, termasuk Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan pejabat senior Iran.

AS disebut menekan Netanyahu untuk menghentikan serangan ke Iran dan merevisi strategi militer. Di pihak Iran, tanda-tanda kesiapan muncul setelah tekanan ekonomi global dan kekhawatiran atas potensi gangguan minyak. Pakar menyebut Iran membuka peluang negosiasi untuk mencegah kerugian ekonomi akibat penutupan Selat Hormuz.

Tekanan Ekonomi dan Risiko Penutupan Selat Hormuz

Selat Hormuz merupakan rute vital bagi ekspor minyak global—sekitar 21 juta barel minyak melewati perairan ini setiap hari. Ancaman penutupan oleh Iran akan mengguncang pasar energi dunia. Selama konflik, Iran pernah mengancam menutup selat guna meningkatkan tekanan, meski realisasinya dibatasi oleh risiko terhadap ekspor sendiri.

ISPS: Pengamat memperkirakan Iran hanya mampu menutup Selat Hormuz selama seminggu, sementara AS memiliki kapasitas untuk membuka kembali jalur lewat operasi militer. Namun, ancaman itu sudah cukup menaikkan harga minyak hingga mendekati US$ 90–100 per barel, dan menimbulkan tekanan terhadap inflasi, nilai tukar, serta stabilitas ekonomi di banyak negara.

Negosiasi Melibatkan Tekanan Terhadap Pemimpin Tertinggi

Dalam skema diplomasi, AS memberi tekanan langsung kepada kepala negara pihak-pihak terkait. Di Israel, Netanyahu dipaksa mempertimbangkan pembekuan serangan, sebab bantuan militer AS bisa dihentikan bila konflik berlanjut. Sedangkan di Iran, parlemen dan pejabat senior menegaskan bahwa diplomasi baru bisa berjalan jika serangan Israel berhenti .

Pada 22 Juni, serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran (Natanz, Fordow, dan Isfahan) memicu ancaman lebih lanjut. Meski Iran membantah penutupan selat akan dilakukan segera, parlemen telah menyetujui opsi penutupan sebagai balas tanding.

Durasi Konflik dan Proses Negosiasi Saat Ini

Konflik terbuka antara Iran dan Israel berlangsung selama sekitar dua minggu, sejak awal Juni hingga gencatan senjata sementara pada 24 Juni, diumumkan oleh Presiden Trump. Namun, klaim tersebut dibantah pejabat Iran dan dinamika di lapangan masih fluktuatif.

Iran menyatakan belum ada kesepakatan resmi, sementara Israel melaporkan pelanggaran gencatan senjata yang memicu peringatan dari Trump. AS disebut melakukan negosiasi “jalur belakang” demi mencapai perdamaian cepat sebelum konflik meluas.

Taktik Jalur Belakang AS

AS menggunakan diplomasi rahasia untuk menjembatani perbedaan langsung antara Teheran dan Tel Aviv. Pendekatan ini disebut upaya “pintu belakang” agar negosiasi tetap berjalan tanpa publisitas politik yang bisa mempersulit proses.

Tantangan Implementasi Gencatan

Meski gencatan senjata nominal telah diumumkan, pelaksanaannya di lapangan belum sepenuhnya efektif. Pelanggaran kedua pihak masih tercatat dan situasi rawan berubah kembali menjadi konflik yang lebih keras.

Dampak Ekonomi Global dan Stabilitas Regional

Gencatan senjata memberikan efek meredam sementara pada harga minyak, rupiah, dan inflasi. Ekonom dari IPB menggarisbawahi bahwa stabilitas yang tercipta masih rapuh dan membutuhkan mitigasi lanjutan dari pemerintah nasional.

Beberapa negara produsen minyak dan pengamat keuangan global juga menyuarakan kekhawatiran atas kemungkinan kenaikan tajam harga energi jika konflik kembali memanas.

Pendekatan Diplomatik Kedepan dan Ancaman Ekstensi

AS berharap peran diplomasi ini dapat jadi pijakan untuk membentuk perjanjian jangka panjang yang tidak hanya menghentikan serangan, tetapi juga membuka jalan dialog nuklir dan keamanan kawasan. Ini sejalan dengan rencana Iran untuk mengaktifkan inisiatif perdamaian Teluk Hormuz (Hormuz Peace Initiative), yang ditujukan agar regional bebas campur tangan asing.

Iran mengajukan skema kerja sama keamanan regional tanpa keterlibatan kekuatan luar sebagai alternatif solusi jangka panjang.

Kesimpulan: Harapan dan Tantangan Stabilitas Kawasan

Negosiasi gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang didorong oleh tekanan diplomatik AS, menawarkan harapan meredanya konflik dan menjaga aliran energi global. Namun, implementasi di lapangan masih penuh tantangan, terutama soal penegakan komitmen kedua belah pihak.

Potensi eskalasi, ancaman penutupan Selat Hormuz, dan fluktuasi harga minyak menjadikan situasi ini kritis dan membutuhkan pemantauan terus‑menerus. Keberhasilan jangka panjang sangat bergantung pada konsistensi diplomasi, komitmen pemimpin, dan kesiapan dunia internasional mendukung penyelesaian permanen.