Monotoneminimal.com – TikTok kini menjadi platform yang memperlihatkan keanekaragaman dialek di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas PGRI Ronggolawe mengungkapkan bahwa pengguna TikTok banyak mempertahankan dialek daerah saat menciptakan konten. Hasil studi ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di media sosial tidak harus selalu mengikuti norma bahasa baku, melainkan lebih mencerminkan keanekaragaman kultural.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan tiga dialek yang paling sering digunakan, yaitu dialek Jakarta, Betawi, dan Surabaya. Ketiga dialek ini muncul secara alami dalam berbagai jenis konten, termasuk komedi, curhat, dan masak. Dialek Jakarta sering terlihat dengan istilah seperti “gue” dan “lu”, memberikan kesan santai dan akrab bagi penonton, terutama anak muda.
Dialek Betawi juga memiliki peminat yang cukup banyak, digunakan dalam frasa seperti “saban hari” dan “mpok”. Penggunaan dialek ini membuat konten terasa lebih unik dan ekspresif, terutama dalam konteks komedi. Selain itu, dialek ini sering kali menambah kesan ceria pada video yang diunggah.
Dialek Surabaya juga tidak ketinggalan dan sering kali muncul dengan istilah seperti “yoopo” dan “rek”. Dialek khas Suroboyoan ini memperlihatkan karakter yang tegas dan dinamis, menambah keautentikan kreativitas para pembuat konten.
Fenomena ini menunjukkan bahwa TikTok bukan hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan bahasa daerah di Indonesia, menjadikan platform ini relevan bagi berbagai kalangan.