22 Juni 2025 – Perubahan iklim picu lonjakan harga beras nasional menjadi perhatian utama masyarakat dalam beberapa pekan terakhir. Kementerian Pertanian melaporkan adanya kenaikan signifikan pada harga beras di sejumlah daerah akibat cuaca ekstrem serta banyaknya lahan gagal panen. Lonjakan ini dirasakan mulai dari konsumen rumah tangga hingga pelaku usaha kecil menengah.
Menurut data Kementerian Pertanian, beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Sumatera mengalami kenaikan harga beras antara 10 hingga 20 persen. Kepala Biro Distribusi Pangan, Lestari Utami, menuturkan, “Perubahan iklim picu lonjakan harga beras nasional karena curah hujan tak menentu dan suhu ekstrem membuat produksi menurun.” Ia menegaskan bahwa situasi ini membutuhkan solusi cepat agar tidak memperparah daya beli masyarakat.
Pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah strategis, seperti penyaluran cadangan beras pemerintah, operasi pasar, serta insentif bagi petani terdampak gagal panen. Menteri Pertanian juga menegaskan bahwa koordinasi lintas lembaga diperkuat demi menjaga stabilitas harga dan pasokan. “Kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional adalah prioritas utama,” ujar Menteri Pertanian, Bambang Prayitno, dalam konferensi pers virtual.
Sementara itu, beberapa pengamat pangan mengingatkan perlunya peran serta masyarakat dalam menjaga konsumsi dan meminimalisir panic buying. Kebijakan stabilisasi diharapkan mampu menahan laju inflasi harga beras di pasaran dan membantu kelompok rentan mendapatkan akses pangan yang memadai.
Diharapkan, kolaborasi pemerintah, petani, dan konsumen dapat memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim picu lonjakan harga beras nasional yang sedang terjadi.