Monotoneminimal.com – Pentingnya tata kelola yang berkelanjutan dalam industri kelapa sawit diungkap oleh Guru Besar Kebijakan Agribisnis IPB University, Bayu Krisnamurthi. Menurutnya, proses pembukaan hutan untuk kebun sawit harus dilakukan dengan hati-hati agar manfaatnya dapat dioptimalkan dan risikonya dapat diminimalkan. Dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, Bayu menegaskan bahwa meskipun kelapa sawit bukanlah hutan, komoditas ini memiliki kontribusi ekonomi yang signifikan dan tetap menjalankan fungsi ekologis tertentu.
Bayu menambahkan bahwa kelapa sawit merupakan komoditas yang mampu menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis dan menyimpan karbon dalam berbagai bagian pohonnya. Namun, ia menekankan perbedaan mendasar antara kebun sawit dan hutan alam tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kebun sawit semata merupakan monokultur yang tidak menawarkan ekosistem yang seimbang seperti hutan tropis.
Meskipun demikian, Bayu mengakui bahwa industri sawit menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Dengan luas perkebunan mencapai lebih dari 16 juta hektare, sektor ini memberikan lapangan kerja kepada sekitar 16-20 juta orang dan menghasilkan lebih dari 50 juta ton minyak kelapa sawit mentah (CPO) setiap tahunnya, menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir terbesar di dunia.
Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO dan minyak inti kepala sawit (PKO) pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 52.762 ribu ton, dengan nilai ekspor sebesar 27,76 miliar dolar AS. Meskipun terdapat penurunan dari tahun sebelumnya, konsumsi CPO pada bulan Desember 2024 menunjukkan peningkatan, mencerminkan permintaan yang masih kuat di pasar global.