Washington – Dalam dunia bisnis, kekayaan bisa datang dengan cepat, tetapi juga bisa lenyap hanya dalam sekejap. Di antara miliarder yang pernah berstatus sebagai orang terkaya di dunia, banyak yang terperosok akibat krisis ekonomi, perang, dan kesalahan strategi. Artikel ini mengulas beberapa tokoh yang kejatuhannya menjadikan pelajaran bagi dunia usaha.
Contoh pertama adalah Björgólfur Guðmundsson, seorang miliarder asal Islandia. Ia sebelumnya menguasai Landsbanki, salah satu bank terbesar di negaranya dengan kekayaan yang melampaui satu miliar dolar. Namun, saat krisis global 2008 mengguncang sistem perbankan Islandia, Guðmundsson terpaksa mengalami kebangkrutan dengan utang ratusan juta dolar. Dalam sekejab, ia berubah dari miliarder menjadi simbol kehancuran finansial nasional.
Selanjutnya, Eike Batista, yang dikenal sebagai “Raja Minyak” Brasil. Pada puncak kesuksesannya, Batista memiliki kekayaan mencapai USD32 miliar berkat kerajaan bisnis di bidang pertambangan dan minyak. Sayangnya, turunnya harga komoditas dan kegagalan proyek OGX menghancurkan kekayaannya. Dalam waktu singkat, ia tidak hanya kehilangan status miliardernya, tetapi juga tercatat memiliki kekayaan negatif.
Terakhir, Sam Bankman-Fried mencuri perhatian sebagai “anak emas” dunia kripto. Pendiri FTX ini membangun kekayaan sebesar USD26 miliar, namun pada tahun 2022, FTX kolaps akibat krisis likuiditas. Kehilangan yang cepat membuat kekayaannya melesat menjadi nol dan menghancurkan kepercayaan terhadap industri kripto secara global.
Kejadian-kejadian ini menegaskan bahwa meskipun status miliarder memberikan kekayaan, tidak ada yang dapat menyingkirkan risiko yang datang dari ketidakpastian ekonomi dan kesalahan manajerial.