Monotoneminimal.com – Tragedi 11 September 2001 menjadi momen penting dalam sejarah global, ketika serangan teroris oleh jaringan Al-Qaeda menghancurkan menara kembar World Trade Center (WTC) di New York, serta menyerang Pentagon, menewaskan hampir 3.000 orang. Peristiwa ini memicu perubahan signifikan dalam cara dunia memandang terorisme sebagai ancaman nyata. Indonesia, yang mengalami dampak langsung dari kejadian tersebut, merasakan ketegangan saat serangan bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002, yang menewaskan ratusan orang, terutama wisatawan asing.
Sejak tragedi 9/11, Indonesia hidup di bawah bayang-bayang ancaman terorisme, dengan insiden-insiden lain merenggut ketenangan, termasuk ledakan di Hotel JW Marriott dan serangan lainnya. Namun, dalam dekade terakhir, laporan menunjukkan penurunan signifikan dalam ancaman terorisme di Indonesia. Menurut Global Terrorism Index 2025, Indonesia kini berada pada posisi 30 dari 136 negara, dengan indikator penurunan ancaman yang jelas.
Meskipun ada keberhasilan dalam menekan jaringan teroris dan kerjasama internasional, para ahli mengingatkan agar masyarakat tidak lengah. Banyak yang percaya bahwa ancaman terorisme belum sepenuhnya sirna; sebaliknya, modus operandi pelaku teror mulai bergeser ke serangan kecil yang sulit dideteksi, seperti yang terjadi pada serangan di Surabaya dan Jakarta. Ancaman kini melibatkan radikalisasi melalui media sosial dan forum digital, menjadikan deteksi lebih kompleks.
Di tengah situasi yang lebih aman ini, pemerintah terus memperingatkan pentingnya kewaspadaan. Presiden Prabowo Subianto mengingatkan bahwa meski tidak ada serangan besar baru-baru ini, kondisi sosial dan politik di dalam maupun luar negeri dapat memperburuk keadaan. Dengan ancaman terorisme yang tersuburkan oleh isu-isu global dan domestik, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan warganya.