25 Agustus 2025 – Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan kajian teknis terkait serangkaian gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 20 Agustus 2025. Rentetan peristiwa geologis ini dimulai dengan gempa utama berkekuatan M4,9, yang diikuti oleh tujuh gempa susulan dengan kekuatan bervariasi. Gempa susulan terakhir yang terdaftar terjadi satu hari setelahnya dengan kekuatan M2,8.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa pusat gempa berada di daratan dengan morfologi wilayah yang terdiri atas dataran, perbukitan, hingga pegunungan. Komposisi geologi di sekitar daerah tersebut meliputi batuan sedimen berumur Tersier, batuan gunung api berumur Kuarter, serta endapan aluvium berumur Resen. Batuan-batuan ini, terutama yang mengalami pelapukan, berpotensi memperkuat guncangan gempa.
Wafid menambahkan bahwa tingkat kekerasan batuan permukaan sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Berdasarkan analisis lokal, wilayah sekitar pusat gempa diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas tanah, termasuk kelas C (sangat padat), D (sedang), dan E (lunak). Keberadaan tanah yang lebih lunak berpotensi meningkatkan intensitas guncangan yang dirasakan.
Desa-desa yang terletak paling dekat dengan pusat gempa mengalami dampak terbesar, namun beberapa desa seperti Karihkil di Kecamatan Ciseeng, Bogor, dan Margalaksana di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, juga merasakan guncangan. Di Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru, kerusakan akibat gempa terkait dengan proximitas kepada pusat gempa, dengan jarak sekitar 6 kilometer dari episenter. Sementara, Kecamatan Telukjambe Barat, Ciampel, dan Kalri, yang berjarak 20-25 kilometer dari pusat gempa, juga mengalami dampak signifikan karena karakteristik tanah yang lebih lunak.